Pengaruh Jenis Penyakit Degeneratif dan Temperamen
Terhadap Tingkat Depresi Pada Usia Madya
Penyakit jantung dan hipertensi
merupakan salah satu jenis penyakit degenerative
dimana pada umumnya terjadi pada usia madya yang dimulai pada usia 40-60 tahun.
Dari hasil suatu penelitian menyatakan bahwa penyakit jantung dan hipertensi
merupakan penyakit yang mendapat skor tertinggi angka korelasinya dengan
kematian setelah penyakit kanker.
Menurut Pranowo Hadi (2004) diagnosis
penyakit jantung atau hipertensi merupakan cap tersendiri bagi setiap orang. Setelah
mereka didiagnosis positif menderita penyakit jantung maupun hipertensi mereka
akan merasa tak ada yang bisa dilakukan dalam hidup ini. Mereka khawatir
semakin percaya bahwa mereka memang tidak bisa apa-apa. Mereka merasa sedih,
pesimistik, putus asa dan rasa ingin mati. Ketertekanan itu bisa menjelma
menjadi depresi, karena dengan didiagnosis mengalami adanya kegagalan jantung
atau hipertensi orang akan merasa bahwa hidupnya sudah tidak akan lama lagi.
Manusia adalah individu differences sehingga tipe temperamen antara individu yang
satu dengan yang lainnya juga akan berbeda. Perbedaan tipe temperamen pada para
penderita penyakit jantung dan para penderita hipertensi inilah yang juga akan
menyebabkan perbedaab dalam merespon dan menyesuaikan diri dengan kondisi
fisik, sosial, psikologis dan tekanan-tekanan hidup di lingkungan. Dalam suatu
penelitian yang menggunakan sejumlah sample sebanyak 70 orang, yaitu, 35 orang
dari penderita penyakit jantung dan 35 orang dari penderita penyakit
hipertensi. Tekhnik pengambilan sample yang digunakan adalah secara purposive sampling. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah alat ukur dan dokumentasi, sedangkan analisis data
yang digunakan adalah analisis varians 2 jalur. Dari hasil uji analisis varians
2jalur diperoleh nilai FoA= 0,344 dengan p sebesar 0,567 (p>0,05) dinyatakan
tidak signifikan artinya tidak ada pengaruh jenis penyakit degenerative (X1)
terhadap tingkat depresi (Y). sedangkan hasil penelitian analisis varians 2
jalur diperoleh FoB sebesar 1,360 dengan p sebesar 0,264 (p>0,05) dinyatakan
tidak signifikan artinya artinya tidak ada pengaruh temperamen (X2) terhadap
tingkat depresi (Y). tetapi dari hasil uji analisis varians 2 jalur diperoleh
FoAB sebesar 3,818 dengan p sebesar 0,015 (p<0,05) dinyatakan signifikan
artinya ada pengaruh jenis penyakit degenaratif dan temperamen terhadap tingkat
depresi. Hasil uji-t antar A diperoleh bahwa p A1-A2 sebesar 0,567 (p>0,05)
dinyatakan tidak signifikan artinya tidak ada pengaruh antara penyakit jantung
dan penyakit hipertensi terhadap tingkat depresi. Hasil uji-t antar B diperoleh bahwa p B1-B2
sebesar 0,035 (p>0,05) dinyatakan signifikan. pB1-B3 sebesar 0,320
(p>0,05) dinyatakan tidak signifikan. pB1-B4 sebesar 0,595 (p>0,05)
dinyatakan tidak signifikan. Dari hasil penghitungan matriks uji-t inter AB
diperoleh bahwa.
Orang yang menderita penyakit jantung
bertipe temperamen sanguinis (A1B1) dan orang yang menderita penyakit
hipertensi bertipe temperamen sangunis (A2B1) dengan p sebesar 0,000 sehingga
dinyatakan sangat signifikan artinya (A1B1) dan (A2B1) lebih cenderung
mengalami depresi.
Orang yang menderita penyakit jantung
bertipe temperamen Kholeris (A1B2) dan orang yang menderita penyakit
hipertensi bertipe temperamen Kholeris
(A2B1) dengan p sebesar 0,002 sehingga dinyatakan sangat signifikan artinya
(A1B2) dan (A2B1) lebih cenderung mengalami depresi.
Orang yang menderita penyakit jantung bertipe
temperamen Melankholis (A1B3) dan orang yang menderita penyakit
hipertensi bertipe temperamen Sanguinis
(A2B1) dengan p sebesar 0,006 sehingga dinyatakan sangat signifikan artinya
(A1B3) dan (A2B1) lebih cenderung mengalami depresi,